BEST OFFER : This space is available for you. For inquiries please email soon to : 165mazri@gmail.com

Sunday, October 30, 2011

Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri (1)

Oleh: Darwin Bahar. Setiap saya berada di Bali saya ingat kampung halaman saya Sumatra Barat. Dan setiap saya berada di Sumatra Barat saya ingat Bali.

Betapa tidak, baik Sumatra Barat dan Bali dianugerahi Allah SWT dua hal yang hampir sama: panorama alam yang mempesona, penduduk yang relatif homogen dengan adat dan seni budaya yang penuh eksotika. Namun selebihnya, seperti kita tahu, dari segi pengembangan pariwisata, Sumatra Barat masih tertinggal jauh dari Bali.
Tetapi tertinggal atau bukan, Sumatra Barat tetap sebuah daerah tujuan wisata (DTW) yang lebih dari pantas untuk dikunjungi pada liburan akhir tahun ini, baik oleh para perantau Minang yang sudah lama tidak pulang kampuang, lebih-lebih jika Anda bukan orang Minang dan belum pernah ke Sumatra Barat sebelumnya. Saya saja yang orang Minang dan dalam tiga tahun terakhir ini sering ke Sumatra Barat tidak bosan-bosannya melihat keindahan alam Sumatra Barat.

Dua pekan lalu selama empat hari dari Kamis 16/12 sampai Minggu 19/12 bersama isteri saya Kur dan dua anak gadis kami Meila (25 th) dan si bungsu Ira (23 th), saya mengambil cuti dan berkunjung ke Sumatra Barat. Sambil menyelam minum air, sambil mengunjungi beberapa keluarga dekat saya yang masih ada di Padangpanjang, sekitar 20 km di Selatan Bukittinggi, saya mengunjungi berapa tempat yang sangat menarik dan eksotik. Bagi Kur yang berasal dari Jawa Barat, ini adalah kunjungan yang kedua setelah kami menikah, yang pertama ketika kami baru punya anak dua dalam tahun 1973, dan bagi Meila dan Ira ini adalah kunjungan yang pertama dan sudah lama mereka rindukan.

Mungkin karena kunjungan saya ke Sumatra Barat kali ini bukan dalam rangka tugas sehingga tidak ada pikiran yang membebani kepala dan bersama keluarga pula, perjalanan tersebut rasanya menyenangkan sekali. Sebenarnya empat hari kurang cukup, namun karena saya tidak bisa cuti lama-lama dan “gizi” kami terbatas, terpaksa dicukup-cukupkan, antara lain dengan menyusun jadwal perjalanan yang ketat, suatu hal yang sudah terbiasa saya lakukan jika melakukan kunjungan kerja ke daerah.

Berikut ini beberapa catatan singkat saya.

Kami menggunakan Garuda GA 160 yang berangkat jam 6.30 pagi dari Soekarno-Hatta dan tiba di Bandara Tabing Airport (kini airport telah berpindah ke Minangkabau International atau Bandara Internasional Minangkabau-BIM) jam 7.40. Awalnya saya hanya minta bantuan Kantor Regional kami di Padang untuk booking hotel di Bukittinggi dan Padang serta menjemput di Bandara Tabing dan mengantar ke Bukittinggi liwat Maninjau, karena saya khawatir saya tidak berhasil dapat mobil yang bagus atau harga yang sesuai kalau saya mencarinya di Bandara Tabing. Tetapi, Alhamdulillah, pucuk dicinta ulam tiba, saya diberitahu bahwa kalau saya menginginkan, saya dapat menggunakan mobil Kijang berikut Nofi, pengemudinya sampai Sabtu. Apalagi Nofi sudah sering mengantar saya bertugas di Sumatra Barat, dan sudah tahu tempat-tempat makan yang saya sukai.

Bukittinggi dapat dicapai dari Padang melalui dua rute: rute Padang-Lubuk Alung-Pariaman-Lubukbasung-Maninjau: melewati kelok ampek puluh ampek dengan jarak ± 170 km, serta rute Padang-Lubuk Alung-Padangpanjang-Bukittinggi lewat Lembah Anai dengan jarak ± 90 km.
Kondisi jalan di kedua rute tersebut, seperti halnya hampir semua jalan di Sumatra Barat cukup bagus dan terawat baik.
Saya sempat menanyakan sewa taksi Bandara yang kondisinya umumnya sudah tidak prima itu ke Bukittinggi dari Tabing dan memperoleh harga Rp 135 rb lewat Padangpanjang dan Rp 185 rb kalau lewat Maninjau.

Rute Padang-Bukittinggi lewat Maninjau berpisah dengan rute Padang-Bukittinggi di Lubuk Alung, berbelok ke kiri meliwati Kota Pariaman dan Lubukbasung, ibukota Kab Agam. Sampai di sini tidak ada pemandangan yang luar biasa kecuali alam yang relatif asri. Suasana yang agak berbeda terasa setelah mobil memasuki jalan yang menyusuri Danau Maninjau. Namun suasana dan panorama yang fantastik---yang bahkan tidak akan Anda temui di Bali sekalipun---ialah ketika mobil mulai memasuki kelok ampek puluh ampek---jalan menanjak dengan 44 tikungan sepanjang 7 km.

Kur seperti terpekik ketika mobil meliwati kelok pertama dan kedua, tetapi kemudian terdiam dan terpana melihat hamparan Danau Maninjau di bawahnya. Di beberapa kelokan di atasnya beberapa kera hutan jinak bermain dengan anak-anaknya. Saya kemudian minta Nofi untuk mencari tempat berhenti untuk berfoto dengan latar belakang danau Maninjau. Sayang sekali di sana kera-kera jinak sudah tidak ada, sehingga keinginan Ira untuk berfoto dengan hewan-hewan lucu---dan tidak “jahil” seperti di Bedugul, Bali, tersebut tidak kesampaian.

Setelah itu kami meneruskan perjalanan menanjak kelok demi kelok—setiap kelok diberi nomer yang jelas di jalan, masih dengan hamparan danau Maninjau di latar bawahnya sampai ke kelok terakhir di kawasan yang disebut Puncak Lawang. Puncak Lawang dalam beberapa tahun terakhir ini digunakan sebagai sebagai tempai kegiatan olahraga paralayang. Kalau Anda penggemar paralayang, Anda bisa membayangkan betapa fantastiknya melayang-layang dengan hamparan danau Maninjau di bawahnya. Di kawasan yang namanya Embun Pagi ada sebuah Resort berbintang tiga satu grup dengan Hotel Bumiminang Padang. Kami tidak berhenti di sana.

Bukittinggi yang berjarak 25 km dari dari Puncak Lawang dapat ditempuh lewat Padangluar yang terletak di jalan raya antara Padangpanjang dan Bukittinggi, atau lewat dassr Ngarai Sianok. kami memilih yang terakhir. Setibanya di Bukittinggi kami langsung chek-in di Hotel Novotel yang bersebelahan dengan Istana Bung Hatta dan hanya sekitar 200 meter dari Jam Gadang, landmark Kota Bukittinggi yang terkenal itu, satu dari dua hotel berbintang empat di Bukittinggi. Yang satu lagi Hotel Pusako yang terletak di pinggir jalan ke Payakumbuh. Kami mengambil satu kamar de luxe karena kamar superior sudah terisi semua untuk dua malam dengan tarif permalam Rp 500 rb ditambah Rp 175 rb untuk extra-bed termasuk breakfast. Inof menginap di hotel tempat dia biasa menginap kalau bertugas di Bukittinggi. (bersambung)

(bersambung)
----------------------------------
Sumber : Palanta RantauNet



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar :

Top Stories

Supported by

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.
FOR RENT : This running text is ready for rent. For inquiries please email soon to : reservation@rockyplazahotelpadang.com or 165mazri@gmail.com