PADANG (RP) - Lonjakan arus mudik di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) diprediksi mencapai puncaknya pada H-3 Lebaran. Meski begitu, awal pekan ini pemudik dari berbagai kota di Indonesia sudah membanjiri BIM. Tak ayal, kondisi bandara kebangaan Ranah Minang itu pun bak pasar.
Dari pantauan Padang Ekspres (Riau Pos Group) sepanjang hari kemarin, terminal tunggu keberangkatan dan kedatangan disesaki para pemudik dan keluarga yang menjemput. Suasananya riuh. Para porter berebut menawarkan barang untuk diangkut pada penumpang dan calon penumpang.
Pada bagian lain, para sopir taksi berebut mencari penumpang dengan nada kurang ramah. Kondisi itu praktis menggangu kenyamanan penumpang. Belum lagi, semua kursi penuh sehingga pemudik terpaksa berdiri menunggu jemputan dari sanak keluarga.
Pengunjung masih banyak yang duduk di selasar bandara. Apalagi, dengan adanya pelebaran ruang bandara, makin tidak ada tempat duduk untuk menunggu. Sebagian besar pengunjung duduk di lantai, bahkan ada yang menggelar tikar di lantai.
Koordinator Monitoring Arus Mudik BIM Suparman, menambahkan, dari data arus mudik pada H-7, pemudik sudah mencapai 1.848-an penumpang. Terhitung sejak H-7, pesawat yang melayani pemudik dan balik mencapai 20 sampai 26 kali penerbangan.
“Bisa saja akan terjadi penambahan flight, tergantung permintaan nantinya,” ujar Suparman kepada Padang Ekspres, kemarin (23/8). Penambahan jadwal penerbangan itu karena ada maskapai yang extra flight selama mudik Lebaran.
Selain itu, maskapai Batavia Air mengganti pesawatnya dengan sayap lebar atau air bus yang mampu menampung penumpang sekitar 350 orang.
Padatnya pemudik di BIM, menurut Suparman, tidak akan berpengaruh terhadap pelayanan karena sudah tersistem dan posko terpadu pengamanan Lebaran sejak H-7 Lebaran.
Untuk pengamanan sudah dibentuk posko di 40 titik di bandara. Petugas di setiap posko akan memantau gerak gerik setiap orang untuk mengantisipasi tindak kriminal. “Kami juga sudah beritahu pengguna jasa BIM, bahkan termasuk oknum-oknum yang diduga calo tiket, supaya tidak mengganggu kenyamanan dan ketertiban pemudik,” tegasnya.
PT Angkasa Pura (AP) II BIM juga akan menambah 15-20 persen personel untuk stand by di posko mudik Lebaran. Penambahan personel ini sejalan dengan perkiraan lonjakan penumpang 10-15 persen arus mudik yang menggunakan jasa pesawat udara.
Personel yang piket akan dibagi dalam dua shift. Yakni pukul 06.30-17.30 WIB dan 18.00-06.00 WIB. “Kami semua sudah siap. Seluruh personel dan peralatan sudah stand by. Posko terpadu BIM tak hanya diisi petugas AP II, tapi juga dari TNI/Polri, dibantu Dishub dan Pol PP,” ujar GM AP II BIM, Agus Kemal usai Apel Siaga Pelayanan Angkutan Lebaran di BIM, Selasa (23/8).
Hadir saat itu Wakapolres Padangpariaman, Kompol Komaruddin dan Kabid Perhubungan Udara Dishub Sumbar, Herry Zulman. Posko terpadu BIM dibuka H-7 hingga H+7 Lebaran.
“Posko ini didirikan untuk kenyamanan pengunjung saat arus mudik dan balik. Kami siap bekerja 24 jam untuk melayani pengunjung. Saat ini, arus mudik sudah mulai ramai. Pesawat Lion Air yang biasanya 5 kali terbang Jakarta-Padang, kini sudah naik jadi tujuh kali penerbangan,” pungkasnya.
“Kedatangan pemudik mulai ramai sejak awal pekan ini. Mereka berdatangan dari berbagai daerah, tetapi belum terlalu signifikan,” tambah Kepala Dinas Pelayanan Operasional (Kadin Yan Ops) PT Angkasa Pura II Cabang Padang, Hidayat Syaputra.
Pengunjung Kecewa
Klaim pihak Angkasa Pura yang sudah memperbaiki pelayanan ditanggapi miring pengunjung. Ahmad Rivai, 45, warga Solok yang menjemput anaknya kemarin, kecewa karena tidak ada tempat duduk yang disediakan untuk menunggu kedatangan. “Coba lihat, banyak yang duduk di lantai. Sangat berbeda dengan bandara lainya,” katanya.
Hal senada dikeluhkan Rosnaini, 56, yang baru saja datang dari Medan, dan menunggu dijemput keluarganya. Karena tidak ada tempat duduk, warga Padangpanjang itu terpaksa duduk di lantai. “Ya kecewa juga jika bandara yang dibanggakan urang awak ini tak ubahnya seperti pasar, tidak mempunyai kursi tunggu. Yang mau check in juga harus berdiri,” tukasnya.
Tak hanya itu, sikap para sopir taksi resmi dan angkutan liar tak kalah membuat kesal. Resa, 24, penumpang yang baru datang dari Jakarta, menyebut perlakuan itu layaknya di terminal bis. “Mereka (para sopir, red) menawarkan jasanya terkesan memaksa. Pemandangan seperti ini biasanya terjadi di terminal bus,” sesalnya. (mg6)
Sumber : Padang Ekspress-Riau Pos Group
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar :
Post a Comment